Buat kamu yang masih dalam proses belajar untuk menjadi Front End Developer, apa kamu yakin sudah mempelajari skill-skill yang dibutuhkan di dunia kerja nantinya?
Nah, buat kamu yang masih belum yakin menjadi front end developer, berikut ini dikutip dari @codingstudio tentang skill teknis penting apa saja yang wajib kamu kuasai ketika sudah memasuki dunia kerja.
Daftar isi
1. Problem Solving
Meski kelihatannya hanya tentang tampilan website, front end developer juga harus memiliki keahlian problem solving. Logika dan cara berpikir analitis harus kuat dan tetap diasah.
2. HTML, CSS, JavaScript
HTML, CSS, JavaScript ini adalah trio yang secara defacto menjadi fundamental front end web development. HTML digunakan untuk membuat struktur elemen, CSS untuk styling atau dekorasi dan JavaScript untuk membuat halamannya menjadi interaktif.
3. Responsive Web Design
Sebagai seorang front end web developer, saat ini kita wajib menerapkan prinsip mobile first. Artinya apa? kita memprioritaskan pengerjaan halaman untuk versi mobile-nya terlebih dahulu, baru menuju desktop.
Berhubung informasi yang ditampilkan di mobile terbatas, mengapa bukan sebaliknya? Karena lebih mudah menambah informasi daripada mengurangi informasi. Hal ini tentunya tergantung pada requirement dari aplikasi web itu sendiri, ya.
4. Command Line Interface (CLI) atau Terminal
Bagi kamu yang masih terbiasa dengan bantuan tools yang tinggal klik langsung jalan, ada baiknya untuk mengulik ini juga. Ini karena di dalam web development tidak semuanya memiliki Graphical User Interface atau GUI.
Selain itu, CLI juga lebih menghemat memori dan bekerja lebih cepat karena tidak perlu mengolah komponen grafis seperti icon atau gambar. Alhasil sumber daya komputer yang digunakan lebih sedikit.
Memahami cara kerja CLI juga akan membantu kita dalam membuat shell script untuk otomasi sebuah proses.
5. Framework dan Libraries
Kehadiran framework dan library yang bersifat open source mempermudah kita dalam mengembangkan aplikasi web. Kita bisa menjadi lebih fokus terhadap produk yang kita buat tanpa pusing memikirkan printilan-printilan-nya.
Untuk tampilan web contohnya ada framework CSS Bootstrap. Dan tidak ada salahnya untuk dicoba satu-satu. Kita bisa tahu berbagai pendekatan, metode, maupun workflow dalam pengembangan aplikasi web.
6. Control Version
Control Version adalah metode yang digunakan untuk merekam perubahan pada kodingan kita. Salah satu contohnya adalah GIT. Dengan menggunakan git kita bisa tahu file apa yang berubah, kapan berubahnya, di line ke berapa dan siapa yang mengubahnya. Kita juga bisa membuat semacam checkpoint.
Maksudnya bagaimana? Jadi misalnya kodingan kita error dan kita sudah pusing karena undo-redo tetap tidak bisa, kita tidak perlu khawatir dengan ini kita dapat mengembalikan ke kondisi dimana aplikasi kita masih berjalan dengan baik.
7. Rest API
Dalam membuat aplikasi web yang dinamis, tentunya kita harus berhubungan dengan back-end atau server. Metode yang paling umum digunakan saat ini adalah REST API. Secara garis besar, REST API memiliki empat metode yang umum, yaitu GET, POST, PUT dan DELETE.
8. Deployment
Sebagai front end developer, kita juga perlu tahu bagaimana mempublikasikan aplikasi web kita agar bisa diakses oleh banyak orang. Ini yang disebut dengan deployment. Contoh platform yang bisa kita pakai untuk men-deploy aplikasi kita yaitu Netlify, Heroku dan Github Pages.
9. Atomic Design
Di dalam buku Atomic Design karya Brad Frost elemen-elemen HTML dapat kita analogikan sebagai atom, seperti label, input dan button. Atom-atom itu kita susun menjadi sebuah molekul, contohnya seperti fitur search. Kumpulan molekul itu bisa jadi sebuah organism dan seterusnya.
Tujuannya adalah agar membuat desain web kita konsisten dan lebih mudah untuk di maintain. Mengapa demikian? Karena ketika semisal ada satu komponen yang sering dipakai mengalami perubahan dari segi fungsi maupun tampilan, kita tidak perlu repot mencari dan mengubah komponen tersebut satu per satu di setiap bagian halaman.
10. Clean Code
Menulis kodingan yang mudah dimengerti butuh waktu, karena kita menulis bukan untuk mesin saja, tetapi juga untuk manusia. Robert Martin di bukunya yang berjudul Clean Code mengatakan bahwa dengan perbandingan 10:1, kita justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca daripada menulis kodingan baru!