Eka Tjipta Widjaja tutup usia pada tanggal 26 Januari 2019 pada usia 98 tahun. Berkat kerja kerasnya, pria yang memiliki nama asli Oei Ek Tjhong tercatat sebagai orang terkaya kedua di Indonesia dengan harta kekayaan US$13,9 miliar atau setara dengan Rp 198,7 triliun versi Globe Asia 2018.
Kisah hidupnya menginspirasi banyak orang. Siapa yang menyangka, perjalanan bisnis beliau mulai dengan menjajakan biskuit dan permen saat masih berusia 15 tahun.
Daftar isi
Hijrah Ke Indonesia
Lahir di Quanzhou China, pada umur 9 tahun ia dan ibunya menyusul ayahnya yang sudah merintis toko kecil di Makassar. Mereka membiayai perjalanan tersebut dengan modal $150 yang dipinjam dari rentenir.
Tiba di Indonesia, Eka segera membantu usaha ayahnya.
Putus Sekolah
Dua tahun setelah sampai di Indonesia, akhirnya hutang kepada rentenir terbayar. Sayangnya Eka Tjipta hanya lulus Sekolah Dasar karena hidupnya yang serba kekurangan.
Dengan modal menjaminkan ijazah SDnya ke supplier biskuit dan kembang gula, ia pun akhirnya dipercaya dan dapat mulai berjualan keliling kota Makassar dengan sepeda bututnya.
Kejatuhan Dan Kebangkitan Pertama
Ketika usahanya sedang tumbuh pesat, Eka Tjipta terpaksa harus menganggur karena kedatangan penjajah Jepang. Tidak ada barang yang bisa ia jual. Uang tabungannya habis ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Ia akhirnya membuka tenda makanan untuk tentara Jepang dan diperbolehkan untuk membawa barang-barang yang dibuang mereka. Barang-barang seperti sisa terigu dan semen ia olah untuk dijual kembali.
Kejatuhan Kedua
Setelah menjalani beberapa usaha, pada 1950 usaha Eka Tjipta dirampas oleh Permesta. Kali ini, ia harus memulai kembali dari 0. Di usia 37 tahun ia pindah ke Surabaya, kali ini mencoba bisnis kebun kopi dan kebun karet.
Cikal Bakal Kerajaan Bisnis
Pada tahun 1972, Eka Tjipta mendirikan pabrik kimia yang menjadi perusahaan kertas pertamanya. Selain itu, ia juga mengembangkan bisnis di sektor properti. Beberapa tahun kemudian ia juga melakukan ekspansi ke kebun kelapa sawit, perbankan dan properti dengan nama Sinar Mas Group.
Tumbuh besar dari keluarga tidak mampu tidak pernah mematahkan semangat beliau. Sebaliknya, kegigihan mental dan ketangguhannya dalam berbisnis justru semakin terasah. Terbukti ia berhasil bangkit dari berbagai macam cobaan dalam hidupnya.