detakhukum.id – Badan Pengawasan Kesehatan Nasional (Anvisa) menghentikan uji klinis calon vaksin CoronaVac buatan SinoVac, China. Penyebabnya, insiden yang menimpa relawan. Namun, Anvisa tidak memberikan penjelasan terperinci soal insiden tersebut.
Sempat beredar kabar bahwa uji klinis dihentikan karena ada kejadian buruk yang menimpa relawannya. Ada pula yang menyebut, penangguhan uji klinis ini bermotif politik. Apa sebenarnya yang terjadi?
“Anvisa menghentikan studi klinis vaksin CoronaVacp […] untuk mengevaluasi daya yang diamati sejauh ini dan menilai resiko/manfaat dari melanjutkan studi. [..] Dengan penghentian ini, tidak ada relawan baru yang dapat divaksinasi.” Pernyataan pers Anvisa 9 November 2020.
Daftar isi
Penyebabnya
Salah seorang relawan uji coba CoronaVac dilaporkan meninggal. Namun, Butantan Institute di Sao Paolo – yang ikut bekerja sama membantu uji coba CoronaVac – menyebut kematian relawan itu tidak ada sangkut pautnya dengan vaksin.
Reuters dan New York Times melansir, laporan kepolisian menyebut kematian relawan disebabkan bunuh diri.
Dilanjutkan lagi
Selasa, 11 November 2020. Anvisa merilis laporan yang menyebut uji klinis dilanjutkan kembali.
Dimulainya kembali uji klinis ini, tulis Anvisa. dilakukan setelah mereka mengevaluasi data baru yang diberikan SinoVac selaku sponsor.
Ada unsur Politik
Di balik gonjang-ganjing penghentian uji klinis ini, ada pertarungan Jair Bolsonaro dan Joao Doria. Doria adalah Gubernur Sao Paulo, yang bersikukuh mengimpor vaksin CoronaVac. Sebaliknya, Tuan Bolsonaro adalah penentang vaksin CoronaVac.
Doria juga disebut-sebut akan menjadi penantang Bolsonaro pada Pilpres Brasil 2022.
Setelah Anvisa menangguhkan CoronaVac, Bolsonaro menyebutnya sebagai kemenangan. Sikap Bolsonaro ini dikritik Partai Demokrasi Sosial Brasil (PSDB) tempat Doria bernaung.
PSDB menyebut Bolsonaro lebih mengutamakan kepentingan politiknya ketimbang keselamatan rakyat Brasil.
Apa kata ilmuan vaksin?
“Teknologi inactivated vaccines ini sudah sangat matang dan kemungkinan insiden [kematian] ini berhubungan dengan vaksin itu sangat kecil.” ucap Tao Lina (Pakar vaksin dan mantan ahli imunologi Shanghai Centers for Disease Control and Prevention).