Ingat batu akik dan tanaman hias yang harganya melonjak pesat beberapa tahun lalu? Setelah popularitasnya reda, harganya merosot kembali. Inilah yang disebut Monkey Business.
Ibarat sikap monyet yang kabur setelah mendapatkan makanan, jenis usaha ini kurang lebih mirip.
Ada sebuah cerita dimana orang kaya bernama Mr. X pergi ke satu perkampungan. Ia akan memberi Rp50 ribu buat siapapun yang bisa menangkap monyet. Alhasil, semua orang berburu monyet hingga monyet di hutan habis dan orang mulai berhenti mencarinya.
Lantas, Mr. X menaikkan harga monyet jadi Rp 500 ribu. Semua orang semangat mencari, tapi monyet makin susah ditemukan.
Mr. X kemudian menitipkan urusan monyet ke asistennya dan pergi ke tempat lain. Asisten tersebut bilang ke warga bakal menjual monyet yang sudah terkumpul seharga Rp 300 ribu, jadi warga bisa menjualnya lagi ke Mr. X seharga Rp 500 ribu.
Warga pun mengumpulkan uang buat membeli monyet, setelah untung besar sang asisten pun kabur.
Cerita tersebut sama kaya kisah batu akik. Harganya semakin naik karena populer meskipun sebenarnya benda itu gak terjamin harganya.
Begitu trennya turun, harganya juga ikut jatuh. Lalu, gimana nasib orang yang sudah kepalang beli dengan harga yang mahal? Jelas mereka menjadi korban dan mendapat kerugian besar.
Itulah mengapa kita harus hati-hati dalam menanggapi monkey business. Sebelum membeli barang yang lagi tren dengan harapan dapat untung, pikirkan dulu baik-baik untuk potensi jangka panjangnya.
Bukankah uangmu lebih baik disimpan di instrumen investasi yang terpercaya? Nah kalau sekarang nih, menurutmu usaha apa yang akan menjadi monkey business?