detakhukum.id – Perjalanan Donald Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) akan segera berakhir pada Januari mendatang.
Meski kalah, kemungkinan Trump akan terus ‘mengusik’ pemerintahan Biden mendatang. Dalam pilpres kemarin, ia berhasil mengantongi setidaknya 5 juta popular vote, lebih banyak daripada yang dia peroleh pada 2016.
Trump mengklaim dirinya dan Partai Republikan telah dicurangi dalam Pilpres AS. Dalam cuitannya di akun Twitter pribadinya, ia mengungkapkan kekalahannya sebagai ‘pemilu yang dicurangi’ dan proses penghitungan di beberapa negara bagian berlangsung ‘korup’.
Trump bersama timnya melayangkan gugatan ke Mahkamah Agung Amerika Serikat untuk menghentikan penghitungan suara di Nevada, Pennsylvania, dan Georgia. Trump menuding adanya kecurangan, padahal perhitungan suara masih jauh dari selesai.
Trump tengah mencari “celah” agar dilakukan pemungutan suara ulang (re-election) di negara-negara bagian yang masih melakukan perhitungan suara. Ia masih memiliki 76 hari tersisa sebagai presiden untuk “menyingkirkan” pihak-pihak yang menurutnya tidak menguntungkan posisinya.
Trump kalah, tapi ia tak akan tenggelam begitu saja. Modal politiknya besar:
- Per 9 November 2020, Trump memiliki kurang lebih 71 juta suara dari popular vote (lebih banyak dibanding pada pemilu 2016).
- Perolehan suara sementara ini menunjukkan ia masih mendapat dukungan publik, meski 4 tahun kepemimpinannya sarat skandal, kemunduran, pemakzulan, dan buruknya penanganan Covid-19 (dengan 233 ribu korban jiwa warga AS).
- Trump punya 88 juta pengikut di Twitter.
- Trump masih memiliki pengaruh kuat untuk menekan senator Republikan di pemerintahan untuk menjadi oposisi Biden.
- Trump memiliki database informasi kuat soal pendukungnya yang berpotensi dilirik kandidat presiden selanjutnya.
Trump punya pendukung yang loyal, terbukti dari hasil exit poll yang dilakukan oleh Edison Research for the National Election Pool pada 3 November 2020.
- 93% suara pemilih dari Partai Republikan.
- 12% suara warga kulit hitam dan 32% suara warga Hispanik (ini lebih baik dibanding 4 tahun lalu meski Trump kerap melontarkan isu rasial).
- 41% pemilih mengaku kondisi mereka lebih baik saat Trump menjabat Presiden AS.
- 48% pemilih setuju dengan cara Trump menangani pandemi.
Kenapa Trump masih mendapat dukungan?
“Trump bisa menunjukkan ke pendukungnya bahwa Presiden AS dapat keras ke siapa pun, utamanya China yang menjadi pesaingnya atau WHO, bahkan dunia Islam, ketika (dia) memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Mungkin itu yang disukai oleh masyarakat AS, terlepas dari kegagalan penanganan pandemi, skandal, dan hampir dimakzulkan.” Hikmahanto Juwana, Guru besar hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia.