Sinopsis Raya and the Last Dragon
Dikisahkan, Kumandra merupakan tempat manusia dan para naga berkekuatan sihir hidup bersama dengan harmonis. Namun, muncul sebuah kekuatan jahat yang mampu meluluhlantakkan dunia tersebut.
Dengan kekuatan sihir, para naga berjuang untuk menyelamatkan seisi dunia, namun hanya satu naga yang mampu menjinakkan kekuatan tersebut. Alih-alih memanjatkan syukur, para penduduk Kumandra justru berperang untuk memperebutkan roh dari naga terakhir itu. Kumandra terpecah belah di saat yang salah.
500 tahun kemudian, kekuatan jahat tersebut kembali menghampiri Kumandra. Raya tidak memiliki pilihan selain mencari keberadaan naga terakhir yang mampu menyatukan dan menyelamatkan Kumandra kedua kalinya.
Pertemuan Raya dengan naga terakhir yang bernama Sisu itu bukanlah akhir dari perjalanan atau kunci persatuan dan keselamatan dunia. Ia dan Sisu harus melewati berbagai rintangan dan pertarungan untuk menyelamatkan dunia.
Review:
Film Raya and the Last Dragon terinspirasi dari daratan Asia Tenggara. Maka dari itu banyak elemen yang dirasa cukup dekat dengan Indonesia. Mulai dari senjata andalan Raya yang berupa pedang yang menyerupai keris.
Lalu, warna kulit Raya yang sawo matang khas orang Indonesia dan ada adegan ketika Virana, kepala klan Taring, mendongeng kepada anak-anak menggunakan boneka seperti wayang, dan ada adegan seorang wanita tengah membatik.
Film animasi ini menghadirkan tema yang cukup ringan dan dekat dengan kehidupan kita, yang sering kali tak kita sadari yaitu tentang tentang persatuan dalam perbedaan.
Hingga di akhir film, bukan hanya pesan persatuan yang ditonjolkan. Melainkan juga soal kepercayaan dan meyakini satu sama lain meski masing-masing berasal dari kelompok yang berbeda. Seperti semboyan negara kita, berbeda-beda tetapi tetap satu.